Aosit, sejak 1993
Para ahli memperingatkan: Banyak negara Asia Tenggara yang ingin "membuka pintu" berisiko tinggi
Menurut laporan, setelah berbulan-bulan blokade, beberapa negara di Asia Tenggara meninggalkan kebijakan "tanpa mahkota baru" dan mencari cara untuk hidup berdampingan dengan virus mahkota baru. Namun, para ahli memperingatkan bahwa mungkin terlalu dini untuk melakukannya.
Laporan itu mengatakan bahwa mahkota baru mengamuk di daerah itu musim panas ini, didorong oleh strain delta yang sangat menular. Kini, pemerintah Indonesia, Thailand, dan Vietnam berupaya membuka kembali perbatasan dan ruang publik untuk menghidupkan kembali perekonomian—khususnya industri pariwisata yang vital. Tetapi para ahli khawatir bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di sebagian besar wilayah Asia Tenggara dapat menyebabkan bencana.
Huang Yanzhong, peneliti senior masalah kesehatan global di American Institute of Foreign Affairs, mengatakan jika tingkat vaksinasi di kawasan itu tidak mencukupi sebelum pembatasan dicabut, sistem medis Asia Tenggara akan segera kewalahan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa bagi sebagian besar masyarakat dan banyak pemimpin di kawasan, tampaknya tidak ada pilihan lain. Vaksin terbatas, dan vaksinasi massal tidak akan mungkin dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Pada saat yang sama, ketika orang kehilangan kesempatan kerja dan terkurung di rumah, banyak keluarga akan merasa sulit untuk bertahan hidup.
Menurut Reuters, Vietnam berencana membuka kembali resor Pulau Phu Quoc untuk turis asing mulai bulan depan. Thailand berencana untuk membuka kembali ibu kota Bangkok dan tujuan wisata utama lainnya pada bulan Oktober. Indonesia, yang telah memvaksinasi lebih dari 16% populasi, juga melonggarkan pembatasan, setuju untuk membuka kembali tempat umum dan mengizinkan pabrik untuk kembali beroperasi penuh. Pada bulan Oktober, wisatawan asing dapat diizinkan memasuki tujuan resor negara seperti Bali.